Dasar - dasar Komunikasi untuk Penyuluhan

Dasar dasar komunikasi untuk penyuluhan


Latar  Belakang

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi dan menjalin sebuah hubungan. Karena dengan adanya komunikasi kita akan mengetahui tentang sesuatu hal masing-masing antara satu dengan yang lainnya. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat.
Istilah komunikasi, yaitu Komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Komunikasi yaitu suatu pernyataan antarmanusia, baik secara perorangan maupun berkelompok yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti, maka tampak bahwa dengan perkembangan objek tertentu akan memerlukan komunikasi yang lebih spesifik.
Tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:
1.    Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2.    Mempengaruhi perilaku seseorang
3.    Mengungkapkan perasaan
4.    Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5.    Berhubungan dengan orang lain
6.    Menyelesaian sebuah masalah
7.    Mencapai sebuah tujuan
8.    Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9.    Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan  orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal ( bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa).
Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis komunikasi terdiri dari:



    Komunikasi Verbal dengan Kata-kata

a.    Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b.     Humor, dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e.   

 Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal :

a.    Ekspresi Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b.    Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.
c.  


  • Inovasi sebagai pesan penyuluhan Pertanian

    Inovasi telah banyak dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian berupa teknologi, kelembagaan dan kebijakan. Akan tetapi menurut Fawziah dan Bachrein (?), berdasarkan pengalaman selama 10 tahun terakhir  inovasi yang telah dihasilkan tersebut belum banyak diadopsi secara luas oleh pengguna. 

   Musyafak dan Tatang Ibrahim (2005) mengemukakan bahwa ada delapan kriteria   yang dapat digunakan dalam memilih inovasi tepat guna yaitu : (a) inovasi tersebut harus dirasakan sebagai suatu kebutuhan oleh petani; (b) memberikan keuntungan secara kongkrit bagi  petani; (c) mempunyai kompatibilitas  / keselarasan; (d) mengatasi  factor pembatas; (e) mendayagunakan sumber daya yang sudah ada; (f) terjangkau  oleh kemampuan finansial petani; (g) sederhana tidak rumit dan mudah dicoba dan (h) mudah diamati. Selanjutnya Mardikanto (1991) menyatakan bahwa kecepatan adopsi dipengaruhi oleh sifat inovasi dan sifat sasaran. Sifat inovasi terdiri atas  sifat intristik dan sifat eksintrik. Sifat intristik meliputi (a) informasi ilmiah yang melekat pada inovasinya; (b) nilai nilai (teknis, sosial, ekonomi, sosial budaya dan politik); (c) kompleksitas inovasi (tingkat kerumitan); (d) kemudahan untuk dikomunikasikan dan (e) kemudahan untuk dicobakan (triabilitas) dan kemudahan untuk diamati (observabilitas). Sedangkan sifat eksintrik inovasi meliputi kesesuaian dengan lingkungan setempat dan tingkat keuntungan relative dari inovasi yang diintroduksikan.


Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka agar inovasi dapat lebih cepat diadopsi oleh petani dan terdifusi ke petani lain, pemilihan inovasi perlu memperhatikan berbagai aspek yaitu :

(1) Inovasi yang akan diintroduksikan merupakan inovasi yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah yang dihadapi petani.

(2) Inovasi yang akan diintroduksikan akan memberikan keuntungan secara kongkrit dibanding dengan teknologi lama.

(3) Inovasi yang diintroduksikan membutuhkan biaya yang terjangkau oleh kemampuan financial petani dan produksinya mempunyai prospek pasar yang baik.

(4) Memiliki kompatibilitas atau keselarasan.

(5) Inovasi yang diintroduksikan harus mampu mengatasi factor pembatas.

(6) Inovasi tidak rumit. Untuk menentukan teknologi  yang memenuhi criteria tersebut perlu dilakukan evaluasi melalui percontohan secara partisipatif kemudian disederhanakan sesuai dengan kondisi petani setempat.

(7) Inovasi mudah untuk diamati.




  • Adopsi inovasi dalam penyuluhan pertanian

   Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Tidak menjadi soal, sejauh dihubungkan dengan tingkah laku manusia, apakah ide itu betul-betul baru atau tidak jika diukur dengan selang waktu sejak digunakannya atau dikemukakannya pertama kali. Kebaruan inovasi itu diukur secara subyektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya. Jika sesuatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi. 'Baru' dalm ide yang inovatif tidak berarti harus baru sama sekali. Suatu inovasi mungmin telah lama diketahui oleh seseorang beberapa waktu yang lalu tetapi ia belum mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadapnya, apakah ia menerima atau menolaknya (Rogers dan Shoemaker, 1987).

    Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarny adalah menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana dalm hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Rogers dan Shoemaker (1971) memberikan defenisi tentang proses pengambilan keputusan untuk melakukan adopsi inovasi sebagai berikut:

'..... the mental process of an innovation to a decision to adopt or reject and to confirmation of this decision...'

Tahapan Adopsi Inovasi

Rogers (1971) membagi proses adopsi menjadi 5 tahapan, sebagai berikut:
1. Tahapan kesadaran (awareness)
2. Tahap manuh minat (interest)
3. Tahap evaluasi (evaluation)
4. Tahap mencoba (trial)
5. Tahap adopsi (adoption)


  • Difusi inovasi penyuluhan pertanian

Proses penyebaran inovasi dari suatu sumber inovasi kepada anggota-anggota suatu system sosial digambarkan dalam model difusi inovasi. Dengan menganggap bahwa sumber inovasi hanya berasal dari lembaga penelitian, maka terdapat tiga model difusi inovasi, yaitu: Model Top Down, Model Feed Back dan Model Farmer Back To Farmer.
1.  Model Top Down
Model ini dikemukakan oleh A.H. Bunting (1979), mendeskripsikan model top down ini sebagai model penyuluhan pertanian konvensional sebagai mana halnya proses komunikasi yang melibatkan tenaga teknis dan administrasi penyuluhan, yang diwakili peneliti yang menghasilkan teknologi yang ditransmisikan melalui penyuluhan kepada petani produsen atau sasaran yang diharapkan. 
2.  Model Feedback
Model Feedback ini dikembangkan oleh Benor dan Horison (1977). Model feedback ini dikenal sebagai training dan visit system atau di Indonesia disebut system latihan kunjungan (system LAKU). Model ini dianggap sebagai perbaikan model Top-Down, yaitu dengan mempertimbangkan mekanisme umpan balik antara peneliti- penyuluh pertanian. Dalam model ini, peneliti bekerja di laboratrium dapat memahami dengan baik reaksi petani terhadap teknologi yang dihasilkan peneliti, sehingga terjadi komunikasi langsung antara pakar agronomi, pakar ilmu-ilmu sosial dan penyuluh yang bekerja dengan petani di lapang.
3.  Model Farmer Back To Farmer
Model ini dikemukakan oleh Rhoades dan Booth (1982) yang mengasumsikan bahwa penelitian harus dimulai dan diakhiri dari petani. Dengan demikian dalam model difusi ini terdapat informasi yang lengkap dan akurat mengenai realitas usaha tani. Model juga mengasumsikan bahwa petani memiliki masalah teknologi dan berusaha untuk memecahkanya. Kunci perbedaan dengan model difusi lainnya adalah fleksibilitas dan penelitian ditingkat petani untuk mengidenfikasi sumber daya yang ada ditingkat usaha tani.
  • Kesimpulan

Dalam melakukan suatu proses Penyuluhan Pertanian tentunya ada hal yang perlu di sampaikan kepada sasaran penyuluhan mengenai apa itu Penyuluh, Inovasi, dan divusi Pertanian. Supaya petani indonesia menjadi paham dan dapat terus mempraktekkan hal yang di sampaikan oleh para Penyuluh Pertanian, sehingga pertanian di Indonesia dapat menghasilkan hasil yang maksimal dan juga tentunya menjadi kenaikan pendapatan bagi para petani.


  • Daftar Pustaka

  • http://hilmanhilmawan3.blogspot.com/2014/04/dasar-dasar-komunikasi-dan-penyuluhan.html
  1. Badan Litbang Pertanian, 2004. Rancangan Dasar Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Teknologi Pertanian (PRIMATANI),  Badan Litbang Pertanian, Jakarta
  2. Badan Litbang Pertanian, 2006. Petunjuk Teknis PRA. PRIMATANI, Badan Litbang Pertanian Jakarta.
  3. Ekaningtyas Kushartanti,2001. Keefektifan Media Cetak Pada Diseminasi  dan Adopsi Teknologi Jagung Bisma di Kabupaten Semarang. Thesis Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta.
  4. Musyafak ahmad dan Tatang M.Ibrahim, 2005. Strategi Percepatan Adopsi dan Difusi Teknologi Pertanian dalam Prima Tani. Jour.Analisis kebijakan Pertanian, Vol.1.No.1, Maret 2005.
  5. Rogers, EM and FF Shoemaker, 1971. Communication Of Innovation. New York Free.Press.
  6. Syam dan Widjono A.1992. Keterkaitan Penelitian dan Penyuluhan Persepsi Institusi dan Tata Hubungan Kerja dalam Teknologi Konservasi dan Embung. Pross.Perakitan Teknologi Program Keterkaitan Penelitian dan Penyuluhan. Badan Litbang Pertanian.
  7. Simamora Bilson, 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen.
  8. Slamet,M.1978. Kumpulan bahan Bacaan Penyuluhan Pertanian . Institut Pertanian Bogor.
  9. Mailan A. Husni, 2004. Analisis Ekonomi Usahatani dan Kelayakan Finansial Teknologi Pada Skala Pengkajian. Makalah dalam Pelatihan Analisis Presentase dan Tabulasi Data penelitian dan Pengkajian, Bogor, 2004.
  10. Lionberger, H,F and P.H.Gwin, 1983. Communication Strategis. Illinois.The Interstate Orienters and Publishers.Inc,
  11. Totok Mardikanto,1988. Komunikasi pembangunan Surakarta Sebelas Maret University Press
  12. https://kutukuliah.blogspot.com/2014/02/adopsi-inovasi-dalam-penyuluhan.html
  13. https://debbyeka.blogspot.com/2017/07/adopsi-inovasi-dan-difusi-inovasi.html

Komentar

  1. izin bertanya, di difusi inovasi penyuluhan pertanian kan ada tiga model, model mana yang menurut anda paling efektif dan efisien?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Model Farmer back to farmer, karena model ini dapat secara langsung melibatkan para peteni

      Hapus
  2. Lanjutkan ✊
    Thank for your information

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer